Kring.. kring.. kring..
(Telepon berbunyi)
“Sayang, kamu dimana?”
“Jika aku bilang aku di-club, nanti kau marah.. tapi jika kubilang aku ada diperpustakaan, kau pun tidak percaya.. Jadi, lebih baik kujawab : Dimanapun aku ada, aku kangen kamu, sayaaaang..!”
“Aaaaaaaah.. PASTI LAGI MACEM-MACEM YA KAMU???”
“Kalo aku bilang enggak, tapi sebenernya iya, gimana? Sama aja khan, sayang?
Jadi seharusnya kamu percaya aja. Katanya sudah kenal aku lama???”
“Iiiiiiiiiiih… Kamu kok ngomongnya gitu???
Kamu sama siapa disana? Berberapa?
Ada ceweknya deh pasti… uh!”
“Sebentar aku itung…
1, 2, 3, 4.. hmmm.. 5, 6, 7..
Cowok semua kok sayang.”
“Yakin..??
“Aduh.. yakin lah.
Orang aku lagi didalam toilet, sekarang. hehehe..”
“UUUUUUUUH… TUH KHAN!
Ayo jawab, kamu dimana!
Pulang jam berapa????”
“Aku disuatu tempat yang kau tidak tahu.. tapi disini kau harus tahu, tidak sedetikpun aku lupa kalau aku sudah punya pacar, sayangku.
Sebentar lagi. Aku masih ingin pesan es teh manis.”
“TUH KHAN, PASTI MASIH LAMA PULANGNYA!
KAMU PULANG BARENG SIAPA?
DARI SITU GA KEMANA-MANA LAGI, KHAN???”
“Aku pulang sendiri. Kenapa?
Kamu kuatir ya aku sendiri.. yauda, nanti aku minta dianterin si cantik sebelahku ini.. gimana?”
“AAAAAAAAAAAAAH… GA MAU!
UDA PULANG SENDIRI.
ITU SIAPA SI CANTIK????????”
“Pokoknya cantik deh.”
“SAYAAAAAAAAAAANG! KAMU BUAT AKU GA TENANG DEH!”
“Kamu pikir aku tenang, ada disebelah orang cantik.
Kakiku aja gemeteran sekarang..
Aku takut ketauan bermesraan sama kamu ditelepon. hehehehe..”
“SAYAAAAAAAAAAAAAAAAANG…
KAMU SENGAJA YA BUAT AKU MARAH????
ITU SIAPAAAAAAAAA?”
“Tenang sayang.. si cantik ini adalah ibuku.
Aku cuma malu kalau anaknya yang ganteng ini, diketahuinya sedang mabuk asmara.. hehehe…”
“IIIIIIIIIH…
ISENG!
KAMU BUAT AKU KUATIR TAU GA!”
“Pikiranmu yang buat dirimu sendiri, tidak tenang, sayangku..”
“KAMU KANGEN AKU GA?”
“Pertanyaanmu, tidak berbobot!”
“IIIIIIIIIIH…
GA KANGEN YA? HUH!”
“Pasal 1. Tidak mengulang pertanyaan yang sama.”
“Abisssssss.. ga dijawab!”
“Mau dijawab?”
“He’eh…”
“Jawabanyaaa… iya.
Puas?”
“Iiiiiiiiiih…
Ga romantis?”
“Setidaknya, tidak diromantis-romantis’in, khan?”
“YAUDA DEH…”
“Ngambek?”
“ENGGAK!!!”
“Sayaang..?”
“APA?!!!!!!!!”
“Memacari kamu, sama saja aku sudah menandatangani kontrak “wajib kangen” setiap detiknya.
Jadi, jika kamu tau bahwa melanggar kontrak itu sama dengan menyiksa diri sendiri, mengapa kau masih saja suka bertanya?”
tut.. tut.. tut..
(Gangguan jaringan)
FIKTIF

